Satu Aksi Satu Tekad Satu Tujuan untuk Bekerja Bersama #UbahJakarta
17.00
Jakarta.
Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kota Jakarta?
Mungkin sebagian orang berpikir: kota metropolitan, tempat mencari nafkah, atau banjir. Namun, sebagian besar lagi berpikir tentang MACET.
Ya, Jakarta yang menjadi ibukota Jakarta seakan sudah identik dengan kondisi macet dan menjadi sebuah rutinitas bagi penduduk yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan menurut TomTom, sebuah perusahaan GPS melalui TomTom traffic index, Jakarta menjadi kota termacet nomor 3 di dunia, atau nomor 2 di Asia setelah Bangkok. Bisa dibayangkan dengan waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar penduduk dan pendatang Jakarta yang berjumlah 10.177.924 orang (data BPS 2015) di area yang hanya seluas 661 Km persegi (sumber:Wikipedia)
Satu Aksi Satu Tekad Satu Tujuan Bekerja Bersama Ubah Jakarta |
Usaha Mengatasi Macet
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Jakarta untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Jakarta, di antaranya: peluncuran Trans Jakarta pada tahun 2004, penggunaan KRL (Kereta Rel Listrik), pembatasan plat kendaraan ganjil-genap, hingga pembangunan jalan tol maupun jalan layang. Semua telah dicoba dan dilakukan, tetapi tampaknya belum mengurangi kemacetan secara signifikan. Solusi terbaru yang dibuat pemerintah adalah membangun MRT Jakarta atau Mass Rapid Transit Jakarta. Terus sebenarnya, apa itu MRT? Bagaimana MRT dapat mengubah Jakarta mengubah kemacetan? Disimak yuk, pemaparan yang saya buat.
Usaha Pemerintah Membuat Angkutan Massal Pengurai Macet (sumber: CNN) |
Sekilas tentang MRT Jakarta
MRT Jakarta merupakan proyek angkutan transportasi massal yang diluncurkan pemerintah sebagai penerapan teknologi terkini di Jakarta. Sebagai kota metropolitan yang memiliki mobilitas tinggi, MRT diharapkan dapat memenuhi arus pergerakan penduduk Jakarta sehari-hari, sekaligus mengurai kemacetan di Jakarta akibat banyaknya penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya. Telah dirintis sejak tahun 1985, proyek MRT Jakarta baru mulai diwujudkan sejak tahun 2005 setelah MRT ditetapkan menjadi proyek nasional oleh pemerintah di bawah PT Mass Rapid Transit Jakarta yang dibentuk pada tahun 2008.
Terus, apa bedanya MRT dengan transportasi massal lainnya? Bukannya sudah ada KRL yang melayani ratusan ribu penumpang setiap harinya? Atau bukannya sudah ada busway (Trans Jakarta) yang semakin nyaman di dalam busnya? Bagaimana dengan LRT (Light Rail Transit)?
Perbedaan Mendasar antara MRT, KRL, dan LRT (sumber: IG @mrtjkt) |
KRL memiliki kapasitas angkut per hari yang sangat besar, yaitu sekitar 1,2 juta penumpang per hari yang melewati 72 stasiun, walaupun menurut data statistik, penumpang KRL berkisar antara 800.000-900.000 penumpang per hari (sumber: KRL). MRT Jakarta Fase I dengan proyeksi 13 stasiun, akan mengangkut sekitar 173.000 penumpang per hari sedangkan LRT di kisaran 360.000 orang per hari. Angkutan transportasi massal lainnya, Trans Jakarta dapat mengangkut 112 juta penumpang per tahun, atau sekitar 300.000 penumpang/hari. Namun, dengan daya angkut yang besar, KRL maupun busway memiliki kelemahan berupa jalur yang tidak steril, maupun efek terhadap kemacetan. Dengan sebagian besar jalur KRL berada di atas tanah ditambah perlintasan sebidang, KRL membutuhkan beberapa kali penutupan lintasan kereta yang bersinggungan dengan jalan raya. Semakin banyak rute/trayek KRL, semakin panjang pula kemacetan yang terjadi. Sementara jalur Trans Jakarta pun masih sulit untuk disterilkan dari kendaraan pribadi yang tidak taat peraturan walaupun sudah diberi pembatas/blokade tinggi di sepanjang jalur busway.
Mengulik Statistik MRT Jakarta untuk #UbahJakarta |
Bagaimana MRT bisa mengubah Jakarta
Apakah cuma itu efeknya? Nggak begitu banyak dong bedanya sama angkutan massal lainnya? Mendingan naik kendaraan pribadi deh, kalo gitu...
Ya nggak juga sih. Jadi gini, PT MRT Jakarta, nggak cuma berusaha membangun transportasi massal yang aman dan nyaman bagi calon penumpangnya. Lebih dari itu. PT MRT Jakarta berusaha untuk mengubah mindset (pola pikir) penduduk dan pendatang Jakarta, untuk lebih memilih transportasi umum dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi yang dapat menimbulkan kemacetan. Hal ini ditempuh oleh MRT Jakarta dengan beberapa hal:
1. Menciptakan transportasi publik yang aman dan nyaman dengan mobilitas tinggi
PT MRT Jakarta berusaha membuat MRT Jakarta memiliki keamanan dan kenyamanan tingkat tinggi, hal ini dapat dilihat dari penerapan teknologi pada MRT Jakarta. Semangat #UbahJakarta mendasari PT MRT Jakarta untuk mengubah budaya bertransportasi penduduk Jakarta menjadi lebih rapi, teratur, dan modern. Diterapkannya Communication Based Train Control dan Automatic Train Operation menambah keamanan perjalanan MRT. Sementara itu, pembuatan jalur bawah tanah (underground) menggunakan Tunnel Boring Machine tipe EPB (Earth Pressure Balance) menjadi tonggak sejarah pembangunan sistem transportasi bawah tanah untuk menghindari kemacetan di permukaan. Kita memang masih tertinggal untuk masalah transportasi bawah tanah dibandingkan dengan negara tetangga atau negara Eropa.
Kenyaman dan Bebas Macet menjadi Impian Warga Jakarta dengan Hadirnya MRT Jakarta |
Kebayang kan nyamannya fasilitas MRT? :D
2. Menciptakan sistem transportasi yang terintegrasi untuk mobilitas penumpang
Dengan konsep Transit Oriented Development, beberapa stasiun MRT Jakarta terintegrasi dengan pusat hiburan, terminal bus, halte bus Trans Jakarta, jalur KRL (Commuter Line), hingga stasiun LRT. Diharapkan sistem yang terintegrasi tersebut plus Circular pedestrian bridge yang dibangun antara stasiun MRT dan fasilitas publik memudahkan penumpang untuk berpindah moda transportasi.
3. Memberikan edukasi tentang penting dan besarnya efek penggunaan transportasi massal bagi kenyamanan Jakarta melalui gerakan Bekerja Bersama untuk #UbahJakarta
Kemacetan yang timbul di Jakarta, tidak melulu berbicara tentang banyaknya mobil, motor, atau kurang nyamannya transportasi umum yang ada. Beberapa transportasi umum yang ada sebenarnya sudah cukup nyaman digunakan oleh warga Jakarta. Tapi ketika kita berbicara tentang pola pikir (mindset), pihak MRT Jakarta sepertinya masih harus bekerja keras untuk menyadarkan warga Jakarta agar beralih ke transportasi umum. Masih banyak yang beranggapan menaiki transportasi umum itu RIBET, NGGAK NYAMAN, JAUH DARI RUMAH, dan lain sebagainya, sehingga banyak warga Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, walaupun harus bermacet-macet ria di jalanan.
Saya bukan warga Jakarta, tapi saya beberapa kali ke Jakarta dan menggunakan transportasi umum disana, mulai Gojek, Commuter Line, hingga Trans Jakarta. Saya merasa nyaman menggunakan fasilitas umum tersebut karena telah terintegrasi dengan banyak pusat perbelanjaan (walaupun tidak selalu sampai dan dekat dengan tujuan), mudah dalam hal pembelian tiket/order pelayanan, dan aman dalam perjalanan. Semua perlu pembiasaan dan perlu aksi bersama dari warga Jakarta tentang manfaat transportasi publik.
Edukasi Positif yang Dicanangkan MRT Jakarta via Sosial Media (sumber: screenshot IG @mrtjkt) |
Sudah sempurnakah usaha yang dilakukan MRT Jakarta? Apakah nanti bisa berjalan mulus?
Menurut saya sih masih ada beberapa PR yang harus diselesaikan oleh MRT Jakarta, bekerja sama dengan pihak terkait lainnya. Saya coba uraikan ya.
v) Integrasi dengan transportasi publik lainnya
MRT Jakarta masih harus menjalin kerjasama dengan transportasi publik lainnya untuk menambah mobilitas penumpang. Dimulai dari jumlah stasiun dan integrasi dengan kendaraan feeder (kendaraan pengumpan/pendukung). Dengan jarak stasiun MRT yang tidak selalu langsung sampai tujuan penumpang, keberadaan kendaraan feeder yang aman dan nyaman juga menjadi penting. Coba lihat keluhan yang disampaikan pengguna transportasi publik di bawah.
Keluhan calon pengguna MRT Jakarta-klik untuk memperbesar (sumber: screenshot IG @mrtjkt) |
Jumlah angkutan umum yang banyak bisa dimanfaatkan untuk menjadi angkutan feeder |
v) Trotoar ramah pedestrian
Dengan masih jauhnya beberapa stasiun MRT dengan stasiun/halte kendaraan umum dan fasilitas publik lainnya, hendaknya MRT Jakarta bekerjasama dengan pemerintah provinsi atau pemerintah daerah terkait untuk membangun trotoar yang ramah untuk pejalan kaki, benar-benar bebas hambatan untuk pejalan kaki, bebas dari pedagang kaki lima atau kendaraan parkir, dan motor yang "nyelonong". Mungkin semacam jalur perpindahan antar halte busway milik Trans Jakarta. Hal ini juga bisa dianggap sebagai gerakan #UbahJakarta untuk membangun budaya berjalan kaki warga Indonesia yang terkenal "malas" untuk berjalan kaki.
v) Penggunaan Kendaraan Pribadi
Patut diakui, masih banyak penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta. Hal ini diperparah dengan semakin mudahnya kepemilikan kendaraan pribadi via lembaga pembiayaan. #UbahJakarta diharapkan menjadi tonggak untuk mengubah pola pikir dan gaya hidup penduduk Jakarta, sebagaimana tanggapan yang diberikan oleh William Sabandar, Dirut MRT Jakarta
"MRT bukan hanya pembangunan transportasi, tetapi pembangunan gaya hidup"
Pola pikir dengan naik transportasi umum itu nyaman, aman, murah, dan bisa kemana saja plus bebas macet patut ditanamkan ke dalam benak penduduk Jakarta, tentunya dibarengi perbaikan-perbaikan dan kerja sama di berbagai sisi. Menggaet komunitas di perkantoran yang ada di sekitar stasiun MRT Jakarta mungkin bisa menjadi langkah awal untuk membuat mereka beralih dari kendaraan pribadi menjadi transportasi umum.
Statistik Kendaraan yang Terdaftar di Jakarta, sepeda motor mendominasi - klik untuk memperbesar |
Ayo MRT Jakarta, jangan lelah terus mengajak, jangan lelah merangkul, jangan lelah mengobarkan semangat #UBAHJAKARTA kepada warga Jakarta.
Yang mau melihat info lebih lengkap tentang MRT Jakarta, silahkan intip link di bawah ini:
Facebook | Twitter | Instagram | Youtube | #UbahJakarta | MRT Jakarta |
Credit infografis: Canva
Yang mau melihat info lebih lengkap tentang MRT Jakarta, silahkan intip link di bawah ini:
Facebook | Twitter | Instagram | Youtube | #UbahJakarta | MRT Jakarta |
Credit infografis: Canva
0 comments